Penyebab Fascioliasis di Indonesia

Jumat, 20 Mei 2011

Fasciola gigantica
(Sheep liver fluks)
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Platyhelminthes
Ordo : Digenea
Family : Fasciolidae
Kelas : Trematoda
Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola gigantica
Morfologi:
1. Bentuk pipih seperti daun
2. Ventral sucker lebih besar dibanding oral sucker.
3. Panjang 25-75 mm dengan lebar 12 mm.
4. Berwarna:lebih transparan dibanding dengan Fasciola hepatica.

Hospes definitive : ruminansia (terutama sapi), kambing, domba didaerah beriklim tropis
kadang juga manusia
Hospes intermedier : siput Lymnea rubiginosa ( di Indonesia disebut L. javanica).
Di Indonesia tidak ditemukan siput yang cocok sebagai hospes intermidier F. hepatica , maka di Indonesia cacing ini tidak ditemukan, kecuali sapi impor. Lymnea rubiginosa biasanya hidup dalam air jernih.
Habitat : Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu dan hati hospes definitive
Bentuk infektif : Metaserkaria
Cara infeksi : rumput/tanaman yang mengandung metacercaria dimakan oleh ternak/orang
Penyakit : fascioliasis atau distomatosis
Siklus hidup
Cacing dewasa hidup dalam saluran empedu hospes definitif (terutama ruminansia kadang juga orang)  cacing bertelur  keluar melalui saluran empedu  keluar melalui feses  telur berkembang membentuk meracidium dalam waktu 9-10 hari pada suhu optimum  meracidium terdapat pada hospes intermedier siput Lymnea rubiginosa  berkembang menjadi cercaria. Cercaria keluar dari siput menempel pada tanaman air/rumput/sayuran  cercaria melepaskan ekornya  membentuk metacercaria. Rumput/tanaman yang mengandung metacercaria  dimakan oleh ternak/orang  cacing akan menginfeksi hospes definitif  berkembang menjadi cacing dewasa.

Gejala klinis

Fasciola gigantica merupakan satu-satunya cacing trematoda diIndonesia yang menyebabkan infeksi fasciolosis pada hewan ruminansia. Penyakit ini sangat merugikan karena dapat menyebabkan penurunan bobot hidup, penurunan produksi, pengakiran organ tubuh terutama hati sehingga hati terbuang percuma, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Cacing dalam saluran empedu menyebabkan peradangan sehingga merangsang terbentuknya jaringan fibrosa pada dinding saluran empedu. Penebalan saluran empedu menyebabkan cairan empedu mengalir tidak lancar. Disamping itu pengaruh cacing dalam hati menyebabkan kerusakan parenchym hati dan mengakibatkan sirosis hepatis. Hambatan cairan empedu keluar dari saluran empedu menyebabkan ichterus. Bila penyakit bertambah parah akan menyebabkan tidak berfungsinya hati
Diagnosa :
Penentuan diagnosa fascioliasis seekor hewan atau sekelompok hewan harus dibuktikan dengan ditemukannya telur Fasciola, yang dapat dilakukan dengan metode sedimentasi. Pada hewan yang berkelompok, diagnosa juga diperkuat dengan kerusakan hati salah satu hewan yang mati dengan melalui proses nekropsi. Diagnosa yang tepat pada hewan yang sudah terserang penyakit cacing, akan memberikan jalan untuk pengobatan yang tepat pula untuk ketepatan diagnosa.
Salah satu metoda untuk melakukan diagnosa penyakit Cacing Hati (Fasciolasis) pada sapi dan kerbau, misalnya, adalah dengan menggunakan antigen Fasciola.
Penatalaksanaan pasien :
Beberapa tehnik sederhana dalam melakukan kontrol terhadap infestasi cacing pada ternak sapi dapat dilakukan dengan cara mengatur pemberian pakan dan mengatur waktu pemotongan rumput, suatu hal yang tentunya tidak dapat dilakukan bila sapi dibiarkan mencari pakan sendiri di padang rumput.
Bila ternak tidak ada nafsu makan, maka periksalah dulu bagian mulut dan gigi. Periksa juga suhu (kalau tinggi, mungkin ada infeksi umum). Berikan antibiotika injeksi setiap hari selama 3 – 5 hari. “Bila bukan seperti gejala diatas setelah diperiksa, kemungkinan penyakit kronis. Gejala-gejala bila ternak itu cacingan antara lain: sapi kurus dan lemah, nafsu bisa kurang, kurang darah (anaemia), lendir berwarna pucat dan sering mencret.
Obat yang mampu membunuh fasciola yang sedang migrasi dan cacing dewasa, serta tidak toksik pada jeringan, misalnya :
a. Hexacchlorethan, Aulotane,
Perchloroethan, fasciolin selain efektif terhadap cacing desawa juga efektif untuk Hemonchis dan Trichostrongylosis
b. Clioxanide
Sangat efektif untuk Fasciolisis domba, dan membunuh cacing dewasa
umur 6 minggu atau lebih.
d. Niclofolan, Tordas, Dovenix.
Obat yang mampu membunuh fascioliasis (bersifat flukicidal) dikemas sebagai garam N-methyl Glucaumine atau Meglumine 20%. Derivate Benzimedazol, terutama Albendazol, Triclabendazol dan Probendazol Febantel, memperoleh perhatian luas karena selain efektif terhadap cacingnematoda, senyawa tersebut juga efektif untuk membunuh cacing hati muda dan cacing dewasa.



DAFTAR PUSTAKA
1. http://pur07.wordpress.com/2010/12/10/fasciolosis/
2. http://pur07.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/
3. http://www.scribd.com/doc/46326059/Pa-to-Genesis-Faciolosis-Akut-Dan-Kronis

0 komentar:

Posting Komentar